Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya didirikan pada bulan Oktober 1978. Pendirian ini merupakan hasil visi dari Prof. Ir. Suryono (Alm), yang saat itu menjabat sebagai Pemimpin Proyek Brantas sekaligus Dekan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, bersama dengan Prof. Ir. Sutami (Alm), Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) saat itu. Keduanya melihat potensi besar dalam pengembangan sektor kelistrikan di Indonesia. Pada awal berdirinya, keberadaan Departemen Teknik Elektro sangat terkait dengan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Brawijaya dan berbagai faktor pendukung lainnya yaitu sebagai berikut.
- Meningkatnya kebutuhan tenaga sarjana Teknik Elektro di Indonesia.
- Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Proyek Induk Serba Guna Kali Brantas dan Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN).
- Komitmen pemerintah untuk menyediakan akses energi listrik yang merata hingga pelosok pedesaan di seluruh Indonesia.
- Pemberdayaan masyarakat pedesaan sebagai bagian dari upaya industrialisasi nasional.
Pada periode 1984–1996, bersama perguruan tinggi negeri lainnya seperti ITB, UI, UGM, dan ITS, Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Proyek Percepatan Insinyur (P2I) untuk program Sarjana (S1). Melalui program ini, Departemen Teknik Elektro berhasil membangun fasilitas laboratorium seluas ±2.000 m² serta gedung perkuliahan seluas ±2.000 m², yang juga digunakan bersama dengan Departemen Teknik Mesin.
Pada tahun 1991, Departemen Teknik Elektro terpilih sebagai salah satu institusi penerima bantuan peralatan laboratorium dalam jumlah besar dari Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, melalui proyek yang dikenal sebagai N55-Project. Bantuan ini melengkapi fasilitas laboratorium yang ada, dan untuk menampung peralatan baru tersebut, dibangunlah gedung laboratorium seluas ±2.000 m² pada tahun 1993.
Pada tahun 2000, berkat dukungan masyarakat, Departemen Teknik Elektro kembali memperoleh tambahan fasilitas berupa gedung baru seluas ±2.000 m², yang digunakan untuk mendukung kegiatan perkuliahan.
Gedung Teknik Elektro B yang dibangun pada tahun 1985
Program Studi Magister Teknik Elektro (PMTE) di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya (PPSUB) telah direalisasikan sejak Tahun Ajaran 2004-2005. Sambil menunggu terbitnya Surat Keputusan Dirjen DIKTI, PMTE sempat menjadi salah satu peminatan di Program Magister Teknik Mesin (PMTM). Pada tahun ajaran 2004–2007, PMTE mulai menerima mahasiswa baru untuk peminatan Elektro Terapan.
Mulai Tahun Ajaran 2007, PMTE resmi diselenggarakan sebagai program studi mandiri berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan No. 1575/D/T/2007 yang diterbitkan pada tanggal 29 Juni 2007. Seiring dengan perkembangan program, sejak tahun 2008, PMTE membuka tiga peminatan utama, yaitu: Sistem Tenaga Listrik (STL), Sistem Kontrol dan Elektronik (SKE), serta Sistem Komunikasi dan Informatika (SKI). Namun, sejak tahun 2022, terjadi perubahan pada nama peminatan. Sistem Kontrol dan Elektronik (SKE) berubah menjadi Sistem Elektronik Kendali Cerdas (SEKC), dan Sistem Tenaga Listrik (STL) berubah menjadi Teknik Energi Elektrik Maju (TEEM). Dengan adanya ketiga peminatan ini, mahasiswa S2 diharapkan dapat lebih fokus pada materi perkuliahan, serta memiliki arah yang jelas dalam penyelesaian tesis yang akan dibuat.
Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya didirikan pada bulan Oktober 1978. Pendirian ini merupakan hasil visi dari Prof. Ir. Suryono (Alm), yang saat itu menjabat sebagai Pemimpin Proyek Brantas sekaligus Dekan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, bersama dengan Prof. Ir. Sutami (Alm), Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) saat itu. Keduanya melihat potensi besar dalam pengembangan sektor kelistrikan di Indonesia. Pada awal berdirinya, keberadaan Departemen Teknik Elektro sangat terkait dengan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Brawijaya dan berbagai faktor pendukung lainnya yaitu sebagai berikut.
- Meningkatnya kebutuhan tenaga sarjana Teknik Elektro di Indonesia.
- Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Proyek Induk Serba Guna Kali Brantas dan Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN).
- Komitmen pemerintah untuk menyediakan akses energi listrik yang merata hingga pelosok pedesaan di seluruh Indonesia.
- Pemberdayaan masyarakat pedesaan sebagai bagian dari upaya industrialisasi nasional.
Pada periode 1984–1996, bersama perguruan tinggi negeri lainnya seperti ITB, UI, UGM, dan ITS, Departemen Teknik Elektro Universitas Brawijaya dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Proyek Percepatan Insinyur (P2I) untuk program Sarjana (S1). Melalui program ini, Departemen Teknik Elektro berhasil membangun fasilitas laboratorium seluas ±2.000 m² serta gedung perkuliahan seluas ±2.000 m², yang juga digunakan bersama dengan Departemen Teknik Mesin.
Pada tahun 1991, Departemen Teknik Elektro terpilih sebagai salah satu institusi penerima bantuan peralatan laboratorium dalam jumlah besar dari Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, melalui proyek yang dikenal sebagai N55-Project. Bantuan ini melengkapi fasilitas laboratorium yang ada, dan untuk menampung peralatan baru tersebut, dibangunlah gedung laboratorium seluas ±2.000 m² pada tahun 1993.
Pada tahun 2000, berkat dukungan masyarakat, Departemen Teknik Elektro kembali memperoleh tambahan fasilitas berupa gedung baru seluas ±2.000 m², yang digunakan untuk mendukung kegiatan perkuliahan.
Gedung Teknik Elektro B yang dibangun pada tahun 1985
Program Studi Magister Teknik Elektro (PMTE) di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya (PPSUB) telah direalisasikan sejak Tahun Ajaran 2004-2005. Sambil menunggu terbitnya Surat Keputusan Dirjen DIKTI, PMTE sempat menjadi salah satu peminatan di Program Magister Teknik Mesin (PMTM). Pada tahun ajaran 2004–2007, PMTE mulai menerima mahasiswa baru untuk peminatan Elektro Terapan.
Mulai Tahun Ajaran 2007, PMTE resmi diselenggarakan sebagai program studi mandiri berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan No. 1575/D/T/2007 yang diterbitkan pada tanggal 29 Juni 2007. Seiring dengan perkembangan program, sejak tahun 2008, PMTE membuka tiga peminatan utama, yaitu: Sistem Tenaga Listrik (STL), Sistem Kontrol dan Elektronik (SKE), serta Sistem Komunikasi dan Informatika (SKI). Namun, sejak tahun 2022, terjadi perubahan pada nama peminatan. Sistem Kontrol dan Elektronik (SKE) berubah menjadi Sistem Elektronik Kendali Cerdas (SEKC), dan Sistem Tenaga Listrik (STL) berubah menjadi Teknik Energi Elektrik Maju (TEEM). Dengan adanya ketiga peminatan ini, mahasiswa S2 diharapkan dapat lebih fokus pada materi perkuliahan, serta memiliki arah yang jelas dalam penyelesaian tesis yang akan dibuat.